Kajian Al-Qur’an di Bulan Ramadhan
Bogor, 8 April 2023M / 17 Ramadhan 1444H

Umat Akhir Zaman
Umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang bernama umat Muslim, adalah umat akhir zaman.
Umat Muslim menjadi umat yang terakhir dari seluruh umat manusia yang pernah ada, sebab sosok pemimpin umatnya, yaitu Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, adalah Nabi & Rasul utusan Allah yang terakhir. Tidak ada lagi Nabi & Rasul yang diutus ke tengah-tengah umat setelah Rasulullah yang mulia itu.

Ya, umat Nabi Muhammad SAW (baca: kita!) adalah umat yang memang ‘paling belakangan hadir’ di atas permukaan bumi ini. Ini sudah menjadi ciri khas umat Muslim yang palling utama.
Namun, meskipun menjadi umat yang paling akhir, umat Muslim akan menjadi umat pertama yang kelak diprioritaskan Allah SWT untuk dihisab dan yang pertama pula akan memasuki Surga-Nya, mendahului umat-umat para Nabi & Rasul yang lainnya. Inilah salah satu bentuk keadilan Allah SWT kepada umatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Selain menjadi umat yang hadirnya paling belakangan, masih ada lagi satu ciri umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang cukup menonjol, yaitu: durasi kehidupannya sangat singkat dibandingkan umat para Nabi dan Rasul yang terdahulu. Betapa tidak, usia manusia zaman now tidaklah terlalu lama. Bahkan sangat singkat jika dibandingkan dengan usia umat terdahulu, yang bisa mencapai ratusan tahun. Dalam salah satu surah-Nya, Allah berfirma bahwa Nabi Nuh ‘Alaihi Sallam berdakwah kepada umatnya selama 950 tahun (QS. Al-Ankabut [29]:14). Bayangkan, hampir 10 abad!

Hal ini pernah pula ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam, ketika beliau bersabda:

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang bisa melampaui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah: 4236, Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih).

Tentulah, perbedaan umat Nabi Muhammad (yang datang paling belakangan dengan usia yang tidak sampai 100 tahun) dengan umat para Nabi terdahulu (yang datang di awal peradaban dengan usia beratus-ratus tahun) bukan hanya terletak pada urutan “kehadirannya di muka bumi” saja, dan juga bukan hanya terdapat pada “lama atau sebentarnya durasi berkehidupan di dunia ini” saja. Namun, tentulah ada hikmah yang terkandung di dalam setiap kejadian dan penciptaan dari Rabb Yang Maha Adil dan Maha Bijaksana itu.

Tiga Kelebihan Umat Nabi Muhammad SAW
Ada banyak ulama yang membahas kelebihan-kelebihan umat Nabi Muhammad SAW dibandingkan dengan umat-umat terdahulu. Tentu saja, kelebihan itu tidak terbatas pada tiga ciri saja. Namun, mengingat keterbatasan waktu yang ada, baiklah kita cukupkan pembahasan kita pada tiga perkara saja, yang menjadi ciri pembeda antara umat Nabi Muhammad SAW dengan umat para Nabi & Rasul sebelumnya.

Pertama, Allah berikan kemuliaan dengan menangguhkan azab.
Ya, azab untuk umat Nabi SAW ditangguhkan oleh Allah SWT. Dengan ditangguhkannya azab, maka umat Nabi SAW tidak binasa sepenuhnya.
Tentulah kita semua sepakat bahwa tidak ada manusia yang bersih dari dosa. Semua manusia pernah khilaf, lupa dan lalai dalam menjalani kehidupannya. Namun perhatikanlah, seburuk-buruknya perilaku umat Nabi SAW, tidak ada yang Allah binasakan secara total. Artinya, Allah masih memberikan kesempatan kepada manusia untuk menyadari kesalahannya dan kemudian bertaubat memperbaiki kualitas dirinya di hadapan Rabb yang telah menciptakannya itu.

Padahal, jika saja Allah mau, Allah bisa saja langsung menghukum makhluk-makhluk-Nya yang berbuat zalim itu. Pastilah, tidak akan ada satu pun yang tersisa (QS. An-Nahl [16]:61).

Sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang lalai itu, Allah hanya menimpakan ‘sedikit’ saja ujian seperti musibah kepada hamba-hamba-Nya itu, agar mereka (yang lalai dan khilaf itu) segera kembali bertaubat.

وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَدْنَىٰ دُونَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).”
QS. As-Sajdah [32]:21.

Bandingkanlah dengan umat para Nabi terdahulu yang berbuat zalim, lalu langsung Allah timpakan azab kepada umat tersebut sehingga mereka musnah dari muka bumi ini:
~ Kaum ‘Ad, umatnya Nabi Hud ‘Alaihi Sallam yang menyembah berhala, Allah binasakan dengan angin topan (QS. Al-Qamar [54]:18-21).
~ Kaum Madyan dan Aikah, umatnya Nabi Syuaib ‘Alaihi Sallam yang sering berbuat curang dalam perniagaan dan zalim, Allah binasakan dalam satu malam (QS. Asy-Syu’ara [26]:176-190).
~ Kaum Sodom, umatnya Nabi Luth ‘Alaihi Sallam yang menyukai sesama jenis, Allah luluhlantakkan dengan gempa bumi kemudian Allah jungkirbalikkan negeri itu dan Allah hujani seluruh penduduknya dengan bebatuan dan tanah yang keras (QS. Al-Hijr [15]:67-75).

Kedua, Allah berikan kemuliaan Hari Jum’at sebagai Hari Ibadah bagi umat Muslim.
Setiap muslim hendaklah menyadari betapa diberkahinya dirinya dengan Allah hadirkan hari Jum’at sebagai hari yang terbaik dalam sepekan hidupnya. Dan ini berlangsung setiap pekan, sepanjang tahun.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
QS. Al-Jumu’ah [62]:9.

Apa yang membuat hari Jumat lebih baik daripada hari-hari lainnya dalam sepekan?
1. Dosa-dosa yang dilakukan antara Jumat tersebut dengan Jumat sebelumnya akan diampuni.
“Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara Jum’at tersebut dan ke Jum’at berikutnya.” (HR. Al-Bukhari)

2. Terdapat keberkahan waktu sehingga doa dikabulkan.
“‘Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seorang Muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.’ Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.” (HR. Al-Bukhari-Muslim) (Waktu yang dimaksud adalah pada pelaksanaan shalat Jum’at dan hingga setelah Ashar).

Bayangkan, diampuni dosa dan diijabah doa!

Bukankah itu yang diharapkan oleh setiap hamba-Nya yang penuh noda dan memiliki banyak keinginan & harapan?

Maka lihatlah, betapa banyak para lelaki Muslim yang berbondong-bondong mendatangi masjid-masjid untuk mendirikan ibadah Shalat Jumat demi memenuhi Syariat Allah yang penuh dengan keberkahan dan keutamaan.

Bandingkanlah dengan umat-umat sebelumnya, yang juga diberikan hari ibadah, tapi mereka justru mengabaikan syariat Allah untuk beribadah pada hari tersebut.
Kita ambil saja salah satu contoh pada umat Bani Israil, yang kisahnya diambil dari Al-Qur’an dan kita ringkas kisah tersebut sbb:
* QS. An-Nahl [16]:124 Hari Sabtu ditetapkan Allah sebagai Hari Ibadah (Hari Sabat).
* QS. An-Nisa [4]:154 Allah beri peringatan agar jangan melanggar Syariat-Nya. Umat Bani Israil harus beribadah pada hari Sabtu.
* QS. Al-A’raf [7]:163 Namun perintah ini diabaikan karena umat manusia tergiur akan nikmat dunia. Syariat Allah pun dilanggar. Mereka tetap berusaha mendapatkan / mencari rizki dunia di hari ibadah.
* QS. Al-Baqarah [2]:65 karena sudah melanggar ketetapan hukum Allah, maka Allah timpakan azab kepada kaum tersebut dengan mengubah diri mereka menjadi kera yang hina.
* QS. An-Nisa [4]:47 Allah peringatkan kepada umat berikutnya agar mereka terhindar dari azab (jangan sampai melanggar Syariat Allah).

Ketiga, Allah berikan kemuliaan dengan hadirnya Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan) bagi umat Muslim.
Tidak dapat dipungkiri, inilah kiranya yang sangat membedakan umat Nabi Muhammad SAW dengan umat para Nabi dan Rasul terdahulu: Mendapatkan kesempatan memperoleh keberkahan Lailatul Qadar.
Setiap muslim yang beribadah di malam itu akan mendapatkan keberkahan berupa pahala kebaikan yang berlipat-lipat dibandingkan dengan malam lainnya.

Beberapa keutamaan Lailatul Qadar:
1. Lebih baik daripada ibadah 1000 bulan (QS. Al-Qadr [97]:3).
2. Malam yang penuh keberkahan (QS. Ad-Dukhan [44]:3).
3. Turun para malaikat dan Pemimpin para malaikat yaitu Jibril ke langit dunia (QS. Al-Qadr [97]:4).
4. Disifati dengan salaam yang berarti keselamatan dan kesejahteraan (QS. Al-Qadr [97]:5).
5. Dosa setiap muslim yang menghidupi Malam Kemuliaan (Lailatul Qadr) akan diampuni oleh Allah SWT.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’.

Bandingkan dengan umat para Nabi dan Rasul terdahulu, yang meskipun mereka memiliki usia yang cukup panjang, namun tidak mendapatkan kemuliaan yang istimewa ini.
Maka, kita sebagai umat Nabi SAW hendaklah bersyukur kepada Allah SWT, sebab meskipun usia kita pendek, namun di setiap tahunnya kita selalu diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Lailatul Qadr sebagai sarana khusus dari Allah agar kita bisa menyamai kualitas dan kuantitas ibadah umat-umat terdahulu.

Bayangkan, setiap tahun kita berkesempatan mendapat pahala seribu rembulan! Adakah umat sebelumnya mendapatkan kemuliaan sedemikian besar seperti umat Nabi SAW?

Mendapatkan Malam Kemuliaan tidaklah bertumpu pada kemampuan diri.
Namun lebih pada kemauan diri.

Ya Allah, mudahkanlah kami meraih keistimewaan Lailatul Qadar dengan bisa mengisi hari-hari terakhir kami di bulan Ramadhan dengan amalan shalih dengan penuh keikhlasan, semata-mata hanya berharap ridho-Mu….
Aamiin ya Rabb.

Wallahu a’lam bishawab.

Categories: Iqro Class

1 Comment

Registro en Binance · 07/02/2025 at 4:44 pm

I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *