Resume Kajian Al-Qur’an Kelas Iqro Offline,
Jum’at 12.05.2023
Tema:
Selamat Dunia & Akhirat dengan 5 M
(Mu’ahhadah, Mujahadah, Muroqobah, Muhasabah, Mu’aqobah)
Terdapat lima perilaku hamba Allah yang beriman, yang sebaiknya dia terapkan dalam kesehariannya, agar hamba Allah tersebut memperoleh keselamatan dalam mengarungi kehidupannya, baik di alam dunia ini maupun kelak di alam akhirat.
Kelima perilaku itu adalah:
- Mu’ahadah,
- Mujadahah,
- Muroqobah,
- Muhasabah, dan
- Mu’aqobah.
Semua perilaku ini saling berkaitan dan lazimnya, penerapan perilaku tersebut dilakukan secara bertahap dan secara perlahan-lahan, seiring dengan meningkatnya kesadaran diri dalam setiap hamba Allah yang beriman.
Pertama, Mu’ahadah.
Mu’ahadah berarti perilaku untuk mengingat perjanjian yang diikrarkan antara seorang hamba dengan Rabb Sang Pencipta (Al-Khaliq), yaitu Allah SWT.
Perjanjian (setiap) manusia dengan Allah SWT itu terjadi:
~ Ketika manusia masih berada di alam ruh (sebelum lahir ke dunia) QS. Al-A’raf [7]:172
~ Ketika manusia sudah berada di alam dunia QS. Al-Hadid [57]:8
~ Ketika manusia menjalankan ibadah QS. Al-Fatihah [1]:5 dan QS. Al-An’am [6]:162
Maka, tepatilah janji-janji kita itu kepada Allah SWT. Sebab, janji itu adalah hutang. Dan semua hutang haruslah dibayar dan kelak, pada waktunya, pasti akan dimintai pertanggungjawaban.
وَأَوْفُوا۟ بِعَهْدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمْ وَلَا تَنقُضُوا۟ ٱلْأَيْمَٰنَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ ٱللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. QS. An-Nahl [16]:91.
Kedua, Mujahadah.
Mujahadah adalah perilaku bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah dan amal sholeh. Atau dengan kata lain, berjihad (berjuang) di jalan Allah. Jihad tidak selalu bermakna perang. Majelis Ulama Indonesia mendefinisikan kata jihad sebagai “Seluruh perbuatan yang memperjuangkan kebaikan”.
Jihad dilakukan sesuai dengan keadaannya. Jika keadaannya menuntut seorang muslim berperang karena kaum muslim mendapat serangan musuh, maka jihad seperti itu wajib. Namun jika dalam keadaan damai, maka medan jihad sangat luas, yaitu pada semua usaha untuk mewujudkan kebaikan seperti dakwah, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain.
Orang yang berjuang di jalan Allah itu akan mendapatkan:
~ Rahmat (kasih sayang Allah) QS. Al-Baqarah [2]:218.
~ Petunjuk (solusi ataupun jalan keluar dari permasalahan hidupnya) QS. Al-Ankabut [29]:69.
~ Derajat (kedudukan mulia) yang tinggi di sisi Allah dan kemenangan QS. At-Taubah [9]:20.
Beberapa bentuk kegiatan jihad (di jalan Allah) adalah:
~ Berjihad dengan harta dan jiwa. Perjuangan ini memanglah berat, namun berjuang itu jauh lebih baik (daripada berdiam diri). Allah SWT berfirman:
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. QS. At-Taubah [9]:41.
~ Berjihad dalam menuntut ilmu (khususnya ilmu agama). Perhatikanlah firman Allah SWT berikut ini:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. QS. At-Taubah [9]:122.
~ Berjihad dalam bekerja (dalam kegiatan yang halal).
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. QS. At-Taubah [9]:105.
Ketiga, Muroqobah.
Muroqobah adalah perilaku diri yang selalu merasa diawasi oleh Allah SWT.
Misalnya seorang mukmin merasa bahwa dirinya diawasi dan diperhatikan oleh Allah SWT ketika mendirikan shalat.
Perhatikanlah firman Allah berikut ini, yang artinya:
(Dialah Allah) yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. QS. Asy-Syu’ara [26]:218-219.
Tiga bentuk pengawasan Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya:
~ Allah mengawasi langsung hamba-hamba-Nya.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. QS. An-Nisa [4]:1.
~ Allah mengawasi dengan menugaskan dua malaikat bagi setiap orang.
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. QS. Qaf [50]:16-17.
~ Allah mengawasi melalui kesaksian tubuh manusia itu sendiri.
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. QS. Ya Sin [36]:65.
Jenis-jenis muroqobah:
- Dalam melaksanakan ketaatan terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.
- Dalam menjauhi setiap larangan Allah dan Rasul-Nya.
- Dalam hal-hal yang mubah, yaitu menjaga adab yang baik dan akhlak yang luhur terhadap Allah dan Rasul-Nya.
- Dalam hal-hal yang bersifat musibah, yaitu menerima dengan ikhlas & ridho terhadap segala ketetapan Allah, menjalani seluruh proses ujian kehidupan itu dengan sabar, dan bertawakal terhadap apapun hasil dari usaha yang diikhtiarkannya itu.
Keempat, Muhasabah.
Muhasabah adalah perilaku seorang hamba Allah yang selalu melakukan introspeksi diri, yaitu menghisab atau menghitung amalan-amalan yang sudah dikerjakannya selama ini. QS. Al-Hasyr [59]:18.
Orang bertakwa yang terbiasa melakukan muhasabah itu, jika ditimpa rasa was-was dari setan, dia akan segera mengingat Allah dan langsung menyadari kesalahannya. QS. Al-A’raf [7]:201.
Oleh karena itu, seorang mukmin yang rajin bertaubat dan terbiasa bermuhasabah, hidupnya akan beruntung. QS. An-Nur [24]:31.
Seorang mukmin yang terbiasa melakukan introspeksi diri akan selalu ingat bahwa kelak di Hari Akhir, setiap jiwa akan mendapat balasan atas segala amalan yang dikerjakannya (dan/ atau dilalaikannya). QS. Ali Imran [3]:30.
Kelima, Mu’aqobah.
Mu’aqobah adalah perilaku seorang hamba yang memberi sanksi (dalam tanda petik ‘hukuman’) terhadap dirinya sendiri. Jika seorang hamba yang beriman qadar’Allah melakukan kesalahan atau suatu hal yang bersifat dosa, maka ia akan bersegera melakukan amalan sholeh dengan harapan amalan sholehnya itu akan menghapus kemaksiatan yang terlanjur dikerjakannya.
Allah SWT menyampaikan bahwa segala perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan buruk yang dikerjakan seorang hamba. QS. Hud [11]:114.
Maka, tetaplah menjadi orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. QS. At-Thalaq [65]:5.
Sebab, setiap manusia yang bertaubat atas dosa yang telah dikerjakannya kemudian berhijrah ke arah yang lebih baik dengan amalan-amalan sholeh yang diikhtiarkannya (meskipun amalan itu tidak harus sempurna), maka perbuatan buruknya itu akan Allah ganti dengan perbuatan baik. QS. Al-Furqon [25]:70.
Ikhtiarkanlah dan terapkanlah 5M (Mu’ahadah – Mujahadah – Muroqobah – Muhasabah – Mu’aqobah) ini dalam keseharian kita. Maka in syaa Allah, kita pun akan selamat, baik itu di alam Dunia maupun di alam Akhirat.
Wallahu a’lam bishawab
0 Comments