Kajian Al-Qur’an

Iqro Class

Tema:

Perkara Yang Sering Diabaikan Manusia

Kebaikan vs Keburukan

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara

(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,

(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,

(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,

(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,

(5) Hidupmu sebelum datang matimu.

(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Sesuai fitrahnya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, semua manusia beranggapan bahwasanya ada beberapa perkara utama yang sangat disenanginya sebab perkara-perkara tersebut telah berhasil ia dapatkan, Perkara yang disenangi manusia itu sesuai hadits dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu masa muda yang penuh energi, kondisi kesehatan yang sempurna, kekayaan yang berlimpah, waktu luang yang tersedia dan sebentuk kehidupan yang menyenangkan.

Karena seluruh perkara tersebut berbentuk menyenangkan, maka sering dianggap oleh manusia sebagai suatu perkara yang baik (kebaikan). Sedangkan perkara-perkara yang bertolak belakang dengan perkara yang menyenangkan itu sering dianggap manusia sebagai sesuatu yang tidak baik (keburukan).

 

Semua Ketetapan Sang Pencipta Itu Baik

Perkara yang dianggap kebaikan: muda, sehat, kaya, waktu luang, hidup.

Perkara yang dianggap keburukan: tua, sakit, miskin, waktu sempit, mati.

Apapun perkara yang diperoleh manusia, entah itu berupa kebaikan ataukah keburukan, dua sifat yang bertolak belakang ini pastilah dialami oleh setiap manusia sebagai suatu ketetapan Allah SWT.

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan QS. Al-Anbiya [21]:35

Dari ayat di atas, Allah SWT menegaskan, bahwa apapun bentuk perkara yang dihadapi manusia, semuanya merupakan cobaan dalam perjalanan kehidupan seorang manusia. Semua yang dianggap baik itu sebenarnya adalah cobaan dari Tuhan Semesta Alam, sebagaimana semua yang dianggap buruk itu juga merupakan suatu cobaan.

Maka, alangkah berkualitasnya seorang muslim, jika saat dia berada dalam perkara-perkara yang menyenangkan dirinya, dia tetap memaksimalkan dirinya mendekat kepada Allah SWT.

Dari Shuhaib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

 

Perkara Apapun = Ujian Dari Allah

Karena pada hakikathnya semua perkara itu adalah ujian dari Allah, maka sikap seorang muslim dalam menghadapi semua perkara itu harus sesuai dengan tuntunan dari Allah SWT, dimana tuntunan jalan hidup yang benar itu sudah diamalkan dan dicontohkan oleh sang manusia pilihan, seorang hamba-Nya yang paling mulia di muka bumi, yaitu Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Hakikat perkara kehidupan yang harus disadari oleh setiap muslim:

  1. Allah SWT menciptakan manusia bukan untuk tujuan agar manusia bisa seenaknya saja bermain-main dan bersantai-santai saja di muka bumi ini QS. Al-Mu’minun [23]:115-116.
  2. Maka, karena tujuan hidup di dunia ini bukan untuk main-main, sudah pasti ada kondisi yang harus diterima manusia. Dan sudah pasti ada ketetapan dari Allah yang harus dijalani oleh setiap manusia QS. Al-Hadid [57]:22-23.
  3. Siapa yang berbuat kebajikan atas perkara yang dihadapinya, akan mendapat kehidupan yang baik dan balasan yang juga baik, bahkan lebih baik daripada yang sudah diamalkan QS. An-Nahl [16]:97.
  4. Sebaliknya, siapa yang berbuat keburukan, akan dibalas sebanding dengan keburukan yang dilakukannya QS Ghafir [40]:40.
  5. Maka bersabarlah dalam menjalani ketetapan ujian dari Allah ini dan jangan mengikuti jejak langkah orang yang berdosa dan orang yang kafir QS. Al-Insan [76]:24.
  6. Sikap sabar harus disertai dengan takwa. Dua sikap inilah yang harus diutamakan oleh setiap muslim: bersabar dalam menerima setiap bentuk ujian dan bertakwa dalam menjalankan setiap perintah Allah QS. Ali Imran [3]:186.
  7. Jangan tertipu dengan godaan setan, yang sering memberi janji dan angan kosong. Seakan benar, padahal itu sesungguhnya hanyalah kebohongan dan tipuan belaka QS. An-Nisaa [4]:120-122.

Manfaatkan Hidupmu Di Dunia, Raih Bahagiamu Di Akhirat

Dari penjelasan Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits sebelumnya, maka jelaslah sudah betapa seorang muslim sebaiknya memanfaatkan lima perkara yang sering diabaikan oleh kebanyakan manusia, sebelum datangnya lima perkara yang (sangat) merugikan bagi manusia itu sendiri.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam kesempatan yang lain juga berpesan bahwa ada dua kenikmatan hidup yang banyak manusia sering tertipu (sering lupa) atau sering terlena di dalam menjalani kenikmatan hidup itu, yaitu kenikmatan ketika diberi waktu sehat dan kenikmatan ketika diberi waktu senggang (HR. Al-Bukhari no. 1737).

Manusia lebih sering terlena dengan kenikmatan hidupnya sehingga lupa bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kenikmatan tersebut. Jika pun mereka ingat akan nikmat dari Tuhan itu, kebanyakan manusia cenderung untuk memilih menempuh hidup yang santai saja dibandingkan berusaha memperjuangkan kebenaran, yang sudah pasti lebih sukar untuk ditempuh.

Itulah makna yang tersirat dari Al-Qur’an Qs. Al-Balad [90]:8-17, dimana Allah SWT berfirman, bahwasanya manusia telah diberi kelengkapan perangkat oleh Allah seperti sepasang mata, lidah dan sepasang bibir, tapi kebanyakan manusia tidak mau berada di jalan Allah yang mendaki dan sukar, yaitu:

  1. Membebaskan budak
  2. Memberi makan orang lapar
  3. Menyantuni anak yatim
  4. Bersedekah kepada orang fakir.
  5. Saling menasihati dalam kesabaran dan kasih sayang

Sukarnya jalan mendaki selama berada dalam kebenaran di alam dunia kelak akan berbuah manis dalam kebahagiaan nan abadi di alam akhirat. Sebaliknya, mudahnya jalan santai tanpa ikhtiar ibadah kepada Allah selama berada di alam dunia kelak akan berbuah pahit dalam rintihan kesengsaraan dan duka nestapa tak berkesudahan di alam akhirat.

Allah SWT berfirman:

فَأَمَّا ٱلَّذِينَ شَقُوا۟ فَفِى ٱلنَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ

خَٰلِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ إِلَّا مَا شَآءَ رَبُّكَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ

۞ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ سُعِدُوا۟ فَفِى ٱلْجَنَّةِ خَٰلِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ إِلَّا مَا شَآءَ رَبُّكَ ۖ عَطَآءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ

Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih),

Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.

Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. Qs. Hud [11]:106-108

 

Sebagai penutup, marilah kita simak pesan dari Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang bersabda dalam salah satu hadits:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ [وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ] وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”

Dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah mengatakan, “Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.” HR Al-Bukhari no 6416.

 

Wallahu a’lam bishawab.

Categories: Iqro Class

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *