Kajian Al-Qur’an ~ Iqro Class
Tema: Jika (Sering) Terlambat
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَجِيبُوا۟ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَقَلْبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
وَٱتَّقُوا۟ فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنكُمْ خَآصَّةً ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. QS. Al-Anfal [8]:24-25
(Sering) Terlambat: Salah Siapa Sebenarnya?
Datang terlambat ke suatu pertemuan penting adalah hal yang tidak disukai oleh siapapun. Terlebih, bagi si pelaku keterlambatan itu sendiri. Biasanya, si pelaku akan mohon maaf dan menjelaskan perihal atau penyebab keterlambatannya. Entah karena kondisi fisik yang memang tidak dalam kebugaran yang semestinya, atau pun karena adanya faktor lain di luar kendali dirinya, yang menyebabkan dirinya mengalami keterlambatan. Dan biasanya, yang dimintai maaf akan memaklumi dan melanjutkan pembicaraan dalam pertemuan tersebut, namun bisa jadi dia belum tentu memaafkan perilaku keterlambatan itu. Setidaknya, kejadian keterlambatan tersebut akan menjadi penanda buruk bagi si pelaku, bahwa pada dirinya terdapat sifat atau perilaku yang kurang baik.
Keadaan bisa lebih buruk lagi, jika orang yang dimintai maaf itu adalah calon atasannya. Atau calon mertuanya. Atau calon rekan kerjanya yang akan memberinya modal besar untuk berusaha. Alih-alih diterima sebagai karyawan, bisa jadi ia justru ditolak. Alih-alih mendapatkan restu untuk menikah, bisa jadi justru jadi jomblo. Alih-alih mendapatkan keuntungan, dia justru rugi besar. Alangkah buruknya jika datang (sering) terlambat……
Untuk Kehidupan Akhiratmu, Bersegeralah!
Mendatangi seorang hamba Allah dalam suatu pertemuan dengan kondisi terlambat saja sudah berpotensi menyebabkan kerugian yang besar, apalagi jika datang terlambat menyambut seruan Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai Al-Khaliq (Sang Pencipta). Bayangkan, betapa malunya seorang hamba yang (sering) datang terlambat setiap kali dirinya dipanggil (untuk shalat) oleh Dzat yang telah menciptakannya dan memberinya banyak rezeki itu.
Padahal, amalan shalat seorang hamba Allah yang beriman adalah amalan yang akan pertama kali dihisab di Yaumil Akhir kelak. Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Apabila shaatnya bagus maka ia telah beruntung dan sukses. Bila shalatnya rusak maka ia telah rugi dan menyesal.” (HR. Tirmidzi)
Ada beberapa seruan Allah yang harus disikapi dengan bersegera, yaitu:
- Seruan untuk mengingat Allah, yaitu dengan berdzikir dan mendirikan shalat QS. Al-Jumu’ah [62]:9.
- Seruan untuk bertaubat kepada Allah dan kembali berada di jalan Allah QS. Az-Zariyat [51]:50.
- Seruan untuk memohon ampunan kepada Allah QS. Ali Imran [3]:133.
Bahkan, dalam beberapa ayat, keharusan untuk bersegera ini ditingkatkan lagi oleh Allah SWT. Tidak hanya wajib untuk dilaksanakan dengan segera. Namun, setiap mukmin diwajibkan untuk berlomba-lomba atau berkompetisi di dalam penyelenggaraan terlaksananya seruan Allah tersebut.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا۟ يَأْتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. QS. Al-Baqarah [2]:148.
Untuk Kehidupan Duniamu, Berjalanlah!
Jika seruan Allah untuk kebaikan kehidupan akhirat para hamba-Nya sedemikian pentingnya untuk dilaksanakan dengan segera (bahkan diminta untuk berlomba-lomba dalam kebaikan), maka bandingkanlah dengan seruan Allah untuk kebaikan kehidupan dunia para hamba-Nya di ayat berikut ini:
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. QS. Al-Mulk [67]:15.
Mungkin selama ini diri kita salah dalam memprioritaskan seruan Allah. Atau kurang bijaksana dalam mendahulukan mengerjakan suatu kegiatan. Sehingga kita lebih ‘memilih’ untuk terlambat dalam urusan ibadah (akhirat) dibandingkan terlambat dalam urusan dunia.
Kita lebih memilih untuk menunda belajar mengaji dan mengkaji ayat-ayat Allah, atau menunda bersedekah, atau menunda menambah shalat sunnah, atau menunda menabung untuk umroh dan haji, dan seterusnya, hingga kelak ada waktu yang baik untuk melakukan ibadah itu:
- Nanti saja, saat sudah sampai di rumah …
- Nanti saja, saat ada waktu di akhir pekan …
- Nanti saja, kalau sudah memasuki usia pensiun …
Padahal, ketika sudah di rumah, kita justru sibuk dengan urusan kerumahtanggaan. Ketika di akhir pekan, kita malah bepergian wisata kulineran dan berbelanja. Dan saat sudah memasuki usia pensiun, kita justru tidak bisa mengaji karena mata sudah rabun, tidak bisa shalat dengan sempurna karena tubuh sudah terlalu ringkih, dan kecil sekali kemungkinan berangkat umroh (apalagi haji), karena tak pernah dipersiapkan segala keperluan untuk itu.
Sadarilah, dunia yang kita kejar-kejar seumur hidup itu, suatu saat akan kita tinggalkan. Sementara ibadah untuk akhirat yang sering kita terlambat mendatanginya itu, justru itulah yang akan kita datangi.
Peringatan dari Allah dan Rasul-Nya
Kembali kepada seruan Allah yang (mungkin) sering kita sikapi dengan keterlambatan dan bahkan (mungkin) sering kita abaikan. Seruan Allah yang dimaksud dalam hal ini adalah shalat. Lambatnya kita dalam menyegerakan shalat menandakan bahwa di dalam diri kita sesungguhnya terdapat bibit-bibit kemunafikan.
Perhatikanlah firman Allah SWT berikut ini:
إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. QS. An-Nisaa [4]:142.
Oleh karena itu, agar tidak termasuk golongan orang munafik, sangat penting bagi seorang mukmin untuk mengetahui dan memahami apa saja akibat yang akan didapatkannya jika mengabaikan seruan dari Rabb Yang Maha Keras Adzab-Nya itu dan dari Rasul-Nya yang mulia itu.
Ancaman dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai berikut:
لا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمْ اللَّهُ
“Suatu kaum masih saja bersikap lambat (dalam ketaatan kepada Allah) sehingga Allah akan memperlambat mereka (dari rahmat-Nya).”
(HR. Muslim)
Sedangkan ancaman dari Allah SWT adalah sebagai berikut:
- Terkunci hatinya dari kebenaran QS. Al-Jasiyah [45]:23.
- Digolongkan sebagai orang yang sesat QS. Maryam [19]:59.
- Di dunia dianggap orang zalim dan dapat siksa QS. Al-Anfal [8]:25.
- Di akhirat dibangkitkan sebagai orang buta QS. Ta-ha [20]:124.
- Di akhirat ditempatkan di neraka QS. An-Nisaa [4]:145.
Manfaatkan Waktumu, Sebelum Terlambat!
Sebagai penutup, marilah kita simak hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengenai tujuh golongan yang mendapat naungan di Hari Akhir:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
(1) Imam yang adil,
(2) Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh,
(3) Seorang yang hatinya bergantung ke masjid,
(4) Dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya,
(5) Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.
(6) Seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta
(7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air mata.”
(HR. Al-Bukhari no. 660, 1423, 6479, 6806).
Selama ini kita mungkin selalu sibuk dengan ikhtiar mengisi rumah dunia kita dengan perhiasan dan harta, sehingga lupa mengikhtiarkan diri mengisi rumah terakhir (kubur kita) dengan amal sholeh dan taqwa.
Maka, mulai kini, marilah kita perbaiki urusan akhirat kita, agar kehidupan kita di alam nan abadi itu kelak terasa nyaman dan tentram, bahagia bersama hamba-hamba Allah yang juga beriman dan beramal sholeh.
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. QS. Al-Hadid [57]:21.
Wallahu a’lam bishawab
1 Comment
KevinArguh · 20/08/2023 at 1:49 am
cialis effect duration tadalafilise.cyou/#